Sabtu, 08 Maret 2014

Sumber Sejarah, Filsafat, dan Bidang Studi Filsafat

Pada tugas presentasi tanggal 6 Maret 2014 kemarin, saya mempresentasikan dari slide 129-133 yaitu tentang sumber sejarah, filsafat, dan bidang studi filsafat.

Sumber Sejarah 
Dua jenis: primer dan sekunder 
1. Primer 
Tangan Pertama 
Surat kabar dan sumber artefak lainnya 

tembikar, patung, puisi, dll 
2. Sekunder: Menceritakan cerita dari sumber lain 
Termasuk buku-buku dan artikel yang dapat menggunakan kedua sumber primer dan sekunder


Sumber sejarah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
Picture 1. Artefak sebagai sumber  primer
a. Sumber primer, yaitu sumber yang berasal dari kesaksian daripada seorang saksi dengan mata kepala sendiri atau saksi dengan pancaindera yang lain, atau dengan alat mekanis seperti tape, recorder, photo, dan lain-lain yang hadir pada peristiwa itu. Sumber primer dapat disebut saksi pandangan mata karena sumber primer harus berasal (sezaman) dengan peristiwa yang dikisahkan. Sumber primer harus asli dalam arti kesaksiannya tidak berasal dari sumber lain melainkan berasal dari tangan pertama.

Picture 2. Buku sejarah sebagai sumber sekunder 
b. Sumber sekunder, yaitu sumber yang berasal dari siapapun yang bukan saksi pandangan mata, yakni dari seseorang yang tidak hadir pada peristiwa yang dikisahkan. Biasanya sejarawan harus bertumpu kepada sumber sekunder yang berasal dari buku-buku tangan kedua, untuk memperoleh pengetahuan mengenai latar belakang yang diperlukan guna mengenali dokumen-dokumen sezaman. Dalam penggunaan sumber sekunder ini perlu diuji dan dikoreksi dengan analisa kritis terhadap kesaksian dokumen-dokumen sezaman untuk menghindarkan dokumen yang palsu atau menyesatkan.

Sejarah yang akurat adalah yang didasarkan pada sumber primer, yang dikaji oleh komunitas terdidik, yang melaporkan temuan mereka melalui buku, artikel, dan tulisan. Sumber primer sering sulit diinterpretasikan dan dapat menyimpan tantangan tersebunyi. Makna kuno dari suatu kata atau konteks sosial tertentu merupakan salah satu jebakan yang menunggu pendatang baru dalam studi sejarah. Karena alasan ini, interpretasi beberapa naskah primer sebaiknya diserahkan kepada orang-orang yang memiliki pelatihan lanjut.
Suatu sumber primer tidaklah lebih otoritatif atau akurat dibandingkan sumber sekunder. Sumber sekunder sering mendapatkan kajian sepadan (peer review), lebih terdokumentasi, dan sering dihasilkan melalui institusi di mana keakuratan metode sangat penting untuk masa depan karier dan reputasi pengarang. Sumber primer seperti jurnal, hanya mencerminkan sudut pandang seseorang terhadap suatu peristiwa, yang bisa jadi tidak jujur, akurat, atau lengkap. Sejarawan selalu harus menangani sumber primer maupun sekunder dengan sangat seksama.
Sebagai aturan umum, sejarawan modern lebih memilih untuk kembali mempelajari sumber-sumber primer yang tersedia untuk mencari temuan baru atau yang terlewatkan. Sumber primer, akurat ataupun tidak, menawarkan masukan baru untuk pertanyaan-pertanyaan sejarah dan kebanyakan sejarah modern berkutat pada penggunaan penuh arsip dan koleksi khusus demi mencari sumber primer yang berguna. Karya di bidang sejarah tidak akan dianggap serius jika hanya mengutip sumber sekunder karena hal tersebut tidak menunjukkan dilakukannya suatu riset orisinil.

Filsafat
Berasal dari kata Yunani "philosophia" yang berarti "Cinta akan kebijaksanaan" 
Filsafat kontemporer: dapat didefinisikan sebagai penyelidikan sistematis realitas, pengetahuan, dan nilai-nilai

Filsafat kontemporer yang di awali pada awal abad ke-20, ditandai oleh variasi pemikiran filsafat yang sangat beragam dan kaya. Mulai dari analisis bahasa,kebudayaan (antara lain, Posmodernisme), kritik social, metodologi (fenomenologi, heremeutika, strukturalisme), filsafat hidup (Eksistensialisme), filsafat ilmu, samapai filsafat tentang perempuan (Feminisme). Tema-tema filsafat yang banyak dibahas oleh para filsuf dari periode ini antara lain tentang manusia dan bahasa manusia, ilmu pengetahuan, kesetaraan gender, kuasa dan struktur yang mengungkung hidup manusia, dan isu-isu actual yang berkaitan dengan budaya, social, politik, ekonomi, teknologi, moral, ilmu pengetahuan, dan hak asasi manusia. Ciri lainnya adalah filsafat dewasa ini ditandai oleh profesionalisasi disiplin filsafat. Maksudnya, para filsuf bukan hanya professional di bidang masing-masing, tetapi juga mereka telah membentuk komunitas-komunitas dan asosiasi-asosiasi professional dibidang-bidang tertentu berdasarkan pada minat dan keahlian mereka masing-masing (Zaenal, 2011: 124).

Bidang Studi Filsafat
Picture 3. Cabang Filsafat

Epistemologi: studi tentang hakikat pengetahuan
Metafisika: studi tentang sifat realitas
·        Ontologi: studi tentang keberadaan sesuatu
·        Kosmologi: studi tentang sifat alam semesta
·        Teologi: studi tentang sifat Allah
Aksiologi: studi tentang sifat nilai
·        Etika: studi tentang sifat baik
·        Estetika: studi tentang sifat keindahan
·        Politik: studi tentang sifat kebaikan bersama 


  1.  Epistemologi, (dari bahasa Yunani episteme (pengetahuan) dan logos (kata/pembicaraan/ilmu) adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan asal, sifat, karakter dan jenis pengetahuan. Topik ini termasuk salah satu yang paling sering diperdebatkan dan dibahas dalam bidang filsafat, misalnya tentang apa itu pengetahuan, bagaimana karakteristiknya, macamnya, serta hubungannya dengan kebenaran dan keyakinan. Epistemologi atau Teori Pengetahuan yang berhubungan dengan hakikat dari ilmu pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh setiap manusia. Pengetahuan tersebut diperoleh manusia melalui akal dan panca indera dengan berbagai metode, diantaranya; metode induktif, metode deduktif, metode positivisme, metode kontemplatis dan metode dialektis.
  2.  Metafisika (Bahasa Yunani: μετά (meta) = "setelah atau di balik", φύσικα (phúsika) = "hal-hal di alam") adalah cabang filsafat yang mempelajari penjelasan asal atau hakekat objek (fisik) di dunia. Metafisika adalah studi keberadaan atau realitas. Metafisika mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti: Apakah sumber dari suatu realitas? Apakah Tuhan ada? Apa tempat manusia di dalam semesta? Ahli metafisika juga berupaya memperjelas pemikiran-pemikiran manusia mengenai dunia, termasuk keberadaan, kebendaan, sifat, ruang, waktu, hubungan sebab akibat, dan kemungkinan.Penggunaan istilah "metafisika" telah berkembang untuk merujuk pada "hal-hal yang di luar dunia fisik". "Toko buku metafisika", sebagai contoh, bukanlah menjual buku mengenai ontologi, melainkan lebih kepada buku-buku mengenai ilmu gaib, pengobatan alternatif, dan hal-hal sejenisnya. Beberapa Tafsiran Metafisika Dalam menafsirkan hal ini, manusia mempunyai beberapa pendapat mengenai tafsiran metafisika. Tafsiran yang pertama yang dikemukakan oleh manusia terhadap alam ini adalah bahwa terdapat hal-hal gaib (supernatural) dan hal-hal tersebut bersifat lebih tinggi atau lebih kuasa dibandingkan dengan alam yang nyata. Pemikiran seperti ini disebut pemikiran supernaturalisme. Dari sini lahir tafsiran-tafsiran cabang misalnya animisme. Selain paham di atas, ada juga paham yang disebut paham naturalisme. paham ini amat bertentangan dengan paham supernaturalisme. Paham naturalisme menganggap bahwa gejala-gejala alam tidak disebabkan oleh hal-hal yang bersifat gaib, melainkan karena kekuatan yang terdapat di alam itu sendiri, yang dapat dipelajari dan dapat diketahui. Orang-orang yang menganut paham naturalisme ini beranggapan seperti itu karena standar kebenaran yang mereka gunakan hanyalah logika akal semata, sehingga mereka menolak keberadaan hal-hal yang bersifat gaib itu. Dari paham naturalisme ini juga muncul paham materialisme yang menganggap bahwa alam semesta dan manusia berasal dari materi. Salah satu pencetusnya ialah Democritus (460-370 S.M). Adapun bagi mereka yang mencoba mempelajari mengenai makhluk hidup. Timbul dua tafsiran yang masing saling bertentangan yakni paham mekanistik dan paham vitalistik. Kaum mekanistik melihat gejala alam (termasuk makhluk hidup) hanya merupakan gejala kimia-fisika semata. Sedangkan bagi kaum vitalistik hidup adalah sesuatu yang unik yang berbeda secara substansif dengan hanya sekedar gejala kimia-fisika semata.
  3. Ontologi merupakan salah satu kajian filsafat yang paling kuno dan berasal dari Yunani. Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret. Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis dikenal seperti Thales, Plato, dan Aristoteles. Pada masanya, kebanyakan orang belum membedaan antara penampakan dengan kenyataan. Thales terkenal sebagai filsuf yang pernah sampai pada kesimpulan bahwa air merupakan substansi terdalam yang merupakan asal mula segala sesuatu. Namun yang lebih penting ialah pendiriannya bahwa mungkin sekali segala sesuatu itu berasal dari satu substansi belaka (sehingga sesuatu itu tidak bisa dianggap ada berdiri sendiri). Secara sederhana ontologi bisa dirumuskan sebagai ilmu yang mempelajari realitas atau kenyataan konkret secara kritis. Beberapa aliran dalam bidang ontologi, yakni realisme, naturalisme, empirisme. Ontologi ini pantas dipelajari bagi orang yang ingin memahami secara menyeluruh tentang dunia ini dan berguna bagi studi ilmu-ilmu empiris (misalnya antropologi, sosiologi, ilmu kedokteran, ilmu budaya, fisika, ilmu teknik dan sebagainya).
  4. Kosmologi adalah ilmu yang mempelajari struktur dan sejarah alam semesta berskala besar. Secara khusus, ilmu ini berhubungan dengan asal mula dan evolusi dari suatu subjek. Kosmologi dipelajari dalam astronomi, filosofi, dan agama.
  5. Teologi (bahasa Yunani θεος, theos, "Allah, Tuhan", dan λογια, logia, "kata-kata," "ucapan," atau "wacana") adalah wacana yang berdasarkan nalar mengenai agama, spiritualitas dan Tuhan (Lih. bawah, "Teologi dan agama-agama lain di luar agama Kristen"). Dengan demikian, teologi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan keyakinan beragama. Teologi meliputi segala sesuatu yang berhubungan dengan Tuhan. Para teolog berupaya menggunakan analisis dan argumen-argumen rasional untuk mendiskusikan, menafsirkan dan mengajar dalam salah satu bidang dari topik-topik agama. Teologi memampukan seseorang untuk lebih memahami tradisi keagamaannya sendiri ataupun tradisi keagamaan lainnya, menolong membuat perbandingan antara berbagai tradisi, melestarikan, memperbaharui suatu tradisi tertentu, menolong penyebaran suatu tradisi, menerapkan sumber-sumber dari suatu tradisi dalam suatu situasi atau kebutuhan masa kini, atau untuk berbagai alasan lainnya.
  6. Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia menggunakan ilmunya.
    Aksiologi berasal dari kata Yunani: axion (nilai) dan logos (teori), yang berarti teori tentang nilai.
    Pertanyaan di wilayah ini menyangkut, antara lain:
    Untuk apa pengetahuan ilmu itu digunakan?
    Bagaimana kaitan antara cara penggunaannya dengan kaidah-kaidah moral?
    Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral?
    Bagaimana kaitan metode ilmiah yang digunakan dengan norma-norma moral dan professional? (filsafat etika).
  7. Etika (Yunani Kuno: "ethikos", berarti "timbul dari kebiasaan") adalah sebuah sesuatu dimana dan bagaimana cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral.[rujukan?] Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab. St. John of Damascus (abad ke-7 Masehi) menempatkan etika di dalam kajian filsafat praktis (practical philosophy). Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-pendapat spontan kita. Kebutuhan akan refleksi itu akan kita rasakan, antara lain karena pendapat etis kita tidak jarang berbeda dengan pendapat orang lain. Untuk itulah diperlukan etika, yaitu untuk mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia.Secara metodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai etika. Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi. Karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku manusia. Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku manusia, etika memiliki sudut pandang normatif. Maksudnya etika melihat dari sudut baik dan buruk terhadap perbuatan manusia.
  8. Estetika adalah salah satu cabang filsafat. Secara sederhana, estetika adalah ilmu yang membahas keindahan, bagaimana ia bisa terbentuk, dan bagaimana seseorang bisa merasakannya. Pembahasan lebih lanjut mengenai estetika adalah sebuah filosofi yang mempelajari nilai-nilai sensoris, yang kadang dianggap sebagai penilaian terhadap sentimen dan rasa. Estetika merupakan cabang yang sangat dekat dengan filosofi seni.
  9. Politik Studi dari filsafat yang membahas tema-tema kebebasan, keadilan, hak milik, hak-hak,hukum, dan sebagainya. Filsafat politik juga dapat dipahami dengan menganalisis dari sudut pandang metafisika, epistemologi, dan aksiologi


Diunduh pada tanggal 8 Maret 2014 dari :








Tidak ada komentar:

Posting Komentar