Picture 1. Bahasa |
Perkiraan jumlah dari
bahasa-bahasa di dunia beragam antara 6.000-7.000 bahasa. Namun, perkiraan
tepatnya bergantung kepada suatu perubahan sembarang antara perbedaan bahasa
dan dialek. Bahasa alami adalah bicara atau bahasa isyarat, tapi setiap bahasa
dapat disandikan ke dalam media kedua menggunakan stimulus audio, visual, atau
taktil, sebagai contohnya, dalam tulisan grafis, braille, atau siulan. Hal ini
karena bahasa manusia adalah modalitas-independen. Bila digunakan sebagai
konsep umum, "bahasa" bisa mengacu pada kemampuan kognitif untuk
dapat belajar dan menggunakan sistem komunikasi yang kompleks, atau untuk
menjelaskan sekumpulan aturan yang membentuk sistem tersebut, atau sekumpulan
pengucapan yang dapat dihasilkan dari aturan-aturan tersebut. Semua bahasa
bergantung pada proses semiosis untuk menghubungkan isyarat dengan makna
tertentu. Bahasa oral dan Bahasa isyarat memiliki sebuah sistem fonologis yang
mengatur bagaimana simbol digunakan untuk membentuk urutan yang dikenal sebagai
kata atau morfem, dan suatu sistem sintaks yang mengatur bagaimana kata-kata
dan morfem digabungkan untuk membentuk frasa dan penyebutan.
Bahasa-bahasa berubah dan bervariasi sepanjang waktu, dan sejarah
evolusinya dapat direkonstruksi ulang dengan membandingkan bahasa modern untuk
menentukan sifat-sifat mana yang harus dimiliki oleh bahasa leluhurnya supaya
perubahan nantinya dapat terjadi. Sekelompok bahasa yang diturunkan dari
leluhur yang sama dikenal sebagai rumpun bahasa. Bahasa yang digunakan dunia
sekarang tergolong pada keluarga Indo-Eropa, yang mengikutkan bahasa seperti
Inggris, Spanyol, Portugis, Rusia, dan Hindi; Bahasa Sino-Tibet, yang melingkupi
Bahasa Mandarin, Cantonese, dan banyak lainnya; Rumpun bahasa Afro-Asiatik yang
melingkupi Arab, Amhar, Somali, dan Hebrew; dan bahasa Bantu, yang melingkupi
Swahili, Zulu, Shona, dan ratusan bahasa lain yang digunakan di Afrika.
Konsensusnya adalah antara 50 dan 90% bahasa yang digunakan sejak awal abad
ke-21 kemungkinan akan punah pada tahun 2100.
Definisi
Kata bahasa Inggris
"language" diturunkan dari Indo-Eropa "lidah, perkataan, bahasa" lewat
Bahasa latin lingua, "bahasa; lidah", dan Prancis Tua langage
"bahasa". Kata tersebut terkadang digunakan untuk mengacu pada
kode, sandi dan bentuk lain dari sistem komunikasi yang dibentuk secara
artifisial seperti yang digunakan pada pemrograman komputer. Makna bahasa dalam
hal ini adalah suatu sistem dari isyarat untuk menyandikan dan menterjemahkan
informasi. Artikel ini secara khusus memperhatikan tentang properti-properti
dari bahasa alami manusia sebagaimana yang dipelajari dalam disiplin ilmu
linguistik.
Sebagai objek kajian
linguistik, "bahasa" memiliki 2 arti dasar: sebagai sebuah konsep
abstrak dan sebagai sebuah sistem linguistik yang spesifik. Bahasa Indonesia
adalah contoh dari makna bahasa sebagai sebuah sistem linguistik yang spesifik.
Ferdinand de Saussure, seorang linguis asal Swiss, adalah orang pertama yang
merumuskan perbedaan kata dalam bahasa Prancis langage dalam arti bahasa
sebagai sebuah konsep, langue dalam arti bahasa sebagai sistem linguistik yang
spesifik, dan parole dalam arti bahasa sebagai penggunaan konkret bahasa
tertentu sebagai tuturan.
Bila berbicara mengenai
bahasa sebagai konsep umum, definisi-definisi dapat digunakan yang menekankan
aspek yang berbeda dari fenomena tersebut. Definisi tersebut juga memerlukan
pendekatan dan pemahaman berbeda tentang bahasa, dan mereka memberikan kajian
teori linguistik yang berbeda dan terkadang bertentangan.
Kemampuan Mental, Organ atau Insting
Salah satu definisi melihat
bahasa pada pokoknya sebagai kemampuan mental yang membuat manusia dapat
menggunakan perilaku linguistik: untuk belajar bahasa dan untuk menghasilkan
dan memahami penyebutan. Definisi ini menekankan keuniversalan bahasa untuk
semua manusia dan ia menggaris bawahi dasar biologis bagi kapasitas manusia
terhadap bahasa sebagai perkembangan yang unik dari otak manusia. Pendukung
pandangan bahwa dorongan untuk akuisisi bahasa adalah lahiriah pada manusia
sering berargumen bahwa hal ini didukung oleh fakta bahwa semua anak yang
normal secara kognitif dibesarkan di dalam suatu lingkungan di mana bahasa
dapat diakses akan memperoleh bahasa tanpa instruksi formal. Bahasa bahkan
secara spontan berkembang dalam lingkungan di mana orang hidup atau tumbuh
bersama tanpa suatu bahasa umum, sebagai contohnya, bahasa kreol, dan
perkembangan bahasa isyarat secara spontan seperti pada Bahasa Isyarat
Nikaragua. Pandangan ini, yang dapat ditelurusi kembali ke Kant dan Descartes,
sering memahami bahasa secara garis besar merupakan bawaan lahir, sebagai
contoh, dalam teori Tata bahasa universal dari Chomsky, atau teori ekstrim
lahiriah dari filsuf Amerika Jerry Fodor. Definisi semacam ini sering
diaplikasikan oleh orang yang mempelajari bahasa lewat kerangka ilmu kognitif
dan dalam neurolinguistik.
Sistem simbolik
formal
Definisi lain melihat bahasa
sebagai sebuah sistem formal dari isyarat-isyarat yang diatur oleh
aturan-aturan kombinasi tata-bahasa untuk mengkomunikasikan suatu makna.
Definisi ini menekankan bahwa bahasa manusia dapat dijelaskan sebagai sistem
terstruktur tertutup yang terdiri dari aturan-aturan yang menghubungkan isyarat
tertentu terhadap makna tertentu. Pandangan strukturalis terhadap bahasa
pertama kali diperkenalkan oleh Ferdinand de Saussure , dan
strukturalisme-nya tetap menjadi fondasi terhadap hampir semua pendekatan
terhadap bahasa pada masa sekarang.
Beberapa pendukung pandangan
bahasa ini telah menyarankan sebuah pendekatan formal yang mempelajari struktur
bahasa dengan mengidentifikasi elemen-elemen dasarnya dan kemudian
memformulasikan penjelasan formal dari aturan-aturannya berdasarkan pada
elemen-elemen mana yang digabungkan untuk membentuk kata-kata dan kalimat.
Pendukung utama dari teori tersebut yaitu Noam Chomsky, pencetus teori
generatif tata-bahasa, yang telah mendefinisikan bahasa sebagai sebuah kumpulan
kalimat yang dapat dihasilkan dari sekumpulan aturan tertentu. Chomsky
menganggap aturan-aturan tersebut merupakan suatu fitur lahiriah dari otak
manusia, dan untuk membentuk esensi dari bahasa itu sendiri. Definisi
formal dari bahasa umumnya digunakan dalam logika formal, dalam formal
teori-teori tata-bahasa, dan dalam penerapan linguistik komputasi.
Alat untuk
komunikasi
Picture 2. Bahasa sebagai Alat untuk Komunikasi |
Pandangan terhadap bahasa
ini berhubungan dengan kajian bahasa dalam kerangka pragmatis, kognitif, dan
kerangka interaktif, serta dalam sosial-linguistik dan linguistik antropologi.
Teori-teori fungsionalis condong mempelajari tata-bahasa sebagai sebuah
fenomena dinamis, sebagai suatu struktur yang selalu dalam proses perubahan
saat mereka digunakan oleh para pembicaranya. Pandangan ini menyebabkan kajian
linguistik tipologi menjadi penting, atau klasifikasi dari bahasa-bahasa
menurut fitur strukturalnya, karena ia dapat memperlihatkan bahwa proses-proses
dari gramatikalisasi condong mengikuti lintasan yang sebagian bergantung pada tipologi.
Dalam filsafat bahasa pandangan ini sering dikaitkan dengan karya terakhir
Wittgenstein dan dengan filsuf bahasa umum seperti G. E. Moore, Paul Grice,
John Searle dan J. L. Austin.
Sejarah Awal
Kajian formal bahasa sering
dianggap telah bermulai di India oleh Panini, ahli tata-bahasa abad 5 SM yang
memformulasikan 3.959 aturan dari morfologi Sanskrit. Namun, penulis-penulis
Sumeria telah mempelajari perbedaan antara tata-bahasa Bahasa sumeria dan
Bahasa Akkadia sekitar 1900 SM. Kemudian tradisi tata-bahasa berkembang pada
semua kultur kuno yang mengadopsi tata tulis.
Pada abad ke-17, seorang
Tata bahasa Port-Royal dari Prancis mengembangkan ide bahwa tata-bahasa dari
semua bahasa merupakan sebuah refleksi dari dasar-dasar pemikiran universal,
dan oleh karena itu tata-bahasa merupakan universal. Pada abad ke-18,
penggunaan pertama dari metoda komparatif oleh ahli filologi dan India kuno
dari Inggris William Jones memicu tumbuhnya linguistik komparatif. Kajian
ilmiah dari bahasa diperluas dari Indo-Eropa ke bahasa secara umum oleh Wilhelm
von Humboldt. Pada awal abad 20, Ferdinand de Saussure memperkenalkan ide bahwa
bahasa sebagai suatu sistem statik dari unit-unit yang saling berhubungan,
didefinisikan lewat pertentangan antara mereka.
Dengan memperkenalkan
perbedaan analisis bahasa antara diakronik dan sinkronik, dia meletakkan
fondasi dari disiplin ilmu linguistik modern. Saussure juga memperkenalkan
beberapa dimensi dasar dari analisis bahasa yang masih menjadi dasar dibanyak
teori linguistik kontemporer, seperti perbedaan antara sintagma dan paradigma,
dan perbedaan Langue-parole, membedakan bahasa sebagai suatu sistem abstrak
(Language), dari bahasa sebagai suatu manifestasi konkrit dari sistem itu
sendiri (parole).
Linguistik Kontemporer
Sekitar tahun 1960-an, Noam
Chomsky memformulasikan teori generatif bahasa. Menurut teori tersebut, bentuk
paling dasar dari bahasa adalah suatu kumpulan aturan-aturan sintaks yang
universal untuk semua manusia yang mendasari tata-bahasa dari semua bahasa
manusia. Kumpulan aturan tersebut disebut dengan Tata bahasa universal; dan
Chomsky menyebutnya sebagai tujuan utama dari disiplin ilmu linguistik. Karena
alasan tersebut tata-bahasa dari setiap bahasa hanya penting bagi linguistik,
sejauh mereka membolehkan kita memahami aturan universal yang mendasari darimana
keberagaman linguistik yang tampak dapat diturunkan.
Sebagai lawan dari teori
formal dari aliran generatif, Teori fungsional tata bahasa mengajukan bahwa
sejak bahasa secara dasarnya adalah suatu alat, strukturnya lebih baik
dianalisa dan dipahami dengan referensi terhadap fungsi-fungsi mereka. Teori
fungsional dari tata-bahasa berbeda dengan Teori formal tata-bahasa, di mana
yang terakhir mencari untuk mendefinisikan elemen-elemen berbeda dari bahasa
dan menjelaskan bagaimana mereka berhubungan satu sama lain sebagai sistem
aturan-aturan formal atau operasi-operasi, Teori Fungsional mencari untuk
menentukan fungsi-fungsi yang dilakukan oleh bahasa dan kemudian menghubungkan
fungsi-fungsi tersebut dengan elemen-elemen linguistik yang membawa mereka. Kerangka dari Linguistik kognitif menginterpretasikan bahasa
dalam bentuk konsep (yang terkadang universal, dan terkadang spesifik pada
bahasa tertentu) yang bergantung kepada bentuknya. Linguistik kognitif
secara utama lebih memperhatikan tentang bagaimana pikiran membuat makna lewat
bahasa.
Struktur
Bila dijelaskan sebagai
suatu sistem dari komunikasi simbolik, bahasa secara tradisional terdiri dari
tiga bagian: isyarat, makna, dan suatu kode menghubungkan isyarat dengan
maknanya. Kajian dari proses semiotik, bagaimana isyarat dan makna digabungkan,
digunakan, dan diinterpretasikan disebut dengan semiotik. Isyarat-isyarat dapat
dibentuk dari suara, gerak, huruf-huruf atau simbol, bergantung pada apakah
bahasa tersebut diucapkan, diisyaratkan, atau ditulis, dan mereka dapat digabungkan
menjadi isyarat kompleks seperti kata-kata dan frasa. Bila digunakan dalam
komunikasi, suatu isyarat disandikan dan dipindahkan oleh pengirim lewat suatu
kanal kepada penerima yang menterjemahkannya.
Aturan-aturan mengenai
isyarat mana yang dapat digabungkan untuk membentuk kata dan frasa disebut
dengan sintaks atau tata-bahasa. Makna yang terhubung pada isyarat-isyarat
tertentu, morfem, kata, frasa, dan teks disebut semantik. Pembagian bahasa
menjadi terpisah tapi sistem yang terhubung dari isyarat dan makna berawal dari
kajian linguistik pertama dari de Saussure dan sekarang digunakan hampir pada
semua cabang dari linguistik.
Semantik
Bahasa mengekspresikan makna
dengan mengaitkan sebuah isyarat dengan maknanya, atau isinya. Bentuk isyarat
haruslah sesuatu yang dapat dipersepsi, contohnya, dalam suara, gambar, atau
gerak isyarat, dan kemudian berhubungan dengan makna tertentu oleh konvensi
sosial. Karena relasi dasar dari makna bagi kebanyakan isyarat-isyarat linguistik
didasarkan pada konvensi sosial, isyarat linguistik bisa dianggap sembarang,
dalam artian bahwa konvensi tersebut terbentuk secara sosial dan sejarah, bukan
lewat relasi alami antara suatu bentuk isyarat tertentu dan maknanya.
Maka, bahasa haruslah memiliki
kosa kata isyarat yang berkaitan dengan makna tertentu. Isyarat Inggris dari
"anjing" menandakan, misalnya, anggota dari jenis Canis. Dalam sebuah
bahasa, susunan dari isyarat yang sembarang yang terhubung kepada makna
tertentu disebut dengan lexicon, dan sebuah isyarat yang terhubung ke sebuah
makna disebut dengan lexeme. Tidak semua makna dalam sebuah bahasa
direpresentasikan oleh satu kata. Terkadang, konsep semantik terkandung dalam
morfologi atau sintaks dari suatu bahasa dalam bentuk kategori tatabahasa.
Semua bahasa memiliki
struktur semantik dari predikat: sebuah struktur yang mendasari sebuah
properti, keadaan, atau aksi. Secara tradisional, semantik telah dipahami
sebagai kajian bagaimana pembicara dan pendengar memberikan nilai benar terhadap
suatu pernyataan, sehingga makna dapat dipahami sebagai suatu proses di mana
sebuah predikat dapat dikatakan benar atau salah mengenai sebuah entitas,
contohnya: "[x [adalah y]]" atau "[x [maka y]]." Baru-baru
ini, model dari semantik ini telah dilengkapi dengan model makna yang lebih
dinamis yang menggabungkan pengetahuan yang sama tentang konteks di mana sebuah
tanda diinterpretasikan menjadi produksi dari makna. Model makna seperti itu
ditelaah lebih jauh dalam bidang pragmatik.
Suara dan Simbol
Sebuah spectrogram
memperlihatkan suara dari kata bahasa Inggris "man", yang ditulis
secara fonetik sebagai [mæn]. Perlu diketahui bahwa dalam alur bicara, tidak
ada pembedaan jelas antara segmen-semgen, hanya transisi halus saat peralatan
vokal bergerak.
Sebuah spectrogram
memperlihatkan suara dari kata bahasa Inggris "man", yang ditulis
secara fonetik sebagai [mæn]. Perlu diketahui bahwa dalam alur bicara, tidak ada
pembedaan jelas antara segmen-semgen, hanya transisi halus saat peralatan vokal
bergerak.
Bergantung kepada modalitas,
struktur bahasa dapat didasarkan pada sistem suara (bicara), gestur (bahasa
isyarat), atau grafik atau simbol taktil (tulisan). Cara-cara di mana bahasa
menggunakan suara atau isyarat untuk membentuk makna dipelajari dalam fonologi. Kajian bagaimana manusia menghasilkan dan memaknakan suara vokal disebut
dengan fonetik. Dalam bahasa ucapan, makna dihasilkan bila suara menjadi
bagian dari sistem di mana beberapa suara dapat berkontribusi untuk
mengekspresikan suatu makna dan suara lainnya tidak. Dalam setiap bahasa, hanya
sejumlah suara berbeda terbatas yang dapat dibuat oleh vokal manusia untuk
berkontribusi dalam pembentukan makna.
Suara sebagai bagian dari
sistem linguistik disebut dengan fonem. Fonem adalah unit abstrak dari
suara, dicirikan sebagai unit terkecil dalam sebuah bahasa yang berfungsi untuk
membedakan antara makna dari sepasang kata secara minimal dari kata-kata
berbeda, yang disebut dengan pasangan minimum. Dalam bahasa Inggris, contohnya,
kata /bat/ [bat] dan /pat/ [pat] membentuk suatu pasangan minimum, di mana
perbedaan antara /b/ dan /p/ membedakan kedua kata, yang memiliki makna
berbeda. Namun, setiap bahasa memperlihatkan suara dengan cara yang berbeda.
Sebagai contohnya, dalam suatu bahasa yang tidak membedakan antara konsonan
berbunyi dan tak berbunyi, suara [p] dan [b] akan dianggap sebuah fenom
tunggal, dan akibatnya, pengucapan keduanya akan memiliki makna yang sama. Hal
yang sama, pada bahasa Inggris tidak membedakan secara fonem antara pengucapan
aspirasi dan non-aspirasi dari konsonan sebagai kebanyakan bahasa lain lakukan:
non-aspirasi /p/ dalam /spin// {{ipa|[[spin]}} dan aspirasi /p/ dalam /pin/
[pin] dianggap hanya sebagai cara yang berbeda dalam pengucapan fenom yang sama
(variansi dari fenom tunggal disebut dengan allofon), sedangkan dalam Mandarin,
perbedaan dalam pengucapan memisahkan antara kata [pʰá] "jongkok" dan
[pá]] "delapan" (aksen di atas á berarti bahwa vokal diucapkan dengan
nada tinggi).
Semua bahasa oral memiliki
sedikitnya dua kategori fenom berbeda: harakat dan konsonan, yang dapat
digabungkan menjadi suku kata. Selain segmen seperti harakat dan konsonan,
beberapa bahasa juga menggunakan suara dengan cara berbeda untuk menyampaikan
suatu makna. Banyak bahasa, misalnya, menggunakan penekanan, aksen, durasi, dan
nada untuk membedakan makna. Karena fenomena seperti ini bekerja di luar
tingkat dari sebuah segmen, mereka disebut dengan suprasegmental. Beberapa
bahasa hanya memiliki sedikit fenom, sebagai contohnya, Rotokas dan Bahasa
Piraha masing-masing dengan 11 dan 10 fenom, sementara bahasa seperti Taa bisa
memiliki 141 fenom. Dalam bahasa isyarat, persamaan dengan fenom
(sebelumnya dikenal dengan chereme) ditentukan oleh elemen-elemn dasar dari gestur,
seperti bentuk tangan, orientasi, lokasi, dan gerakan, yang berhubungan dengan
kebiasaan artikulasi dalam bahasa lisan.
Aksara merepresentasikan
suara dari perkataan manusia menggunakan simbol visual, yang bisa atau mungkin
tidak berhubungan dengan suara dari bahasa lisan. Alfabet latin (dan yang
berbasis atau diturunkan darinya) adalah berbasiskan representasi dari suatu
suara, sehingga kata-kata terbentuk dari huruf-huruf yang secara umum
menandakan sebuah konsonan atau harakat dalam struktur dari kata. Dalam naskah
suku kata, seperti naskah Inuktitut, setiap isyarat merepresentasikan seluruh
suku kata. Dalam naskah logografik, setiap isyarat merepresentasikan seluruh
kata, dan akan secara umum tidak memiliki hubungan dengan suara dari kata
dalam bahasa lisan.
Karena semua bahasa memiliki
jumlah kata yang sangat banyak, tidak ada naskah logografik yang diketahui
eksis. Dalam menulis, dimensi sementara saat suara dan kata mengalir pada
bahasa lisan direpresentasikan secara spasial dalam bentuk direksi. Tapi
direksi di mana urutan-urutan dari simbol disusun dalam menulis juga beragam,
beberapa sistem penulisan menggunakan arah horizontal (kiri ke kanan pada
naskah Latin atau kanan ke kiri pada naskah Arab), yang lainnya seperti tulisan
tradisional Cina menggunakan dimensi vertikal (atas - bawah). Beberapa sistem
penulisan menggunakan arah berlawan untuk baris-baris alternatif, dan yang
lainnya, seperti naskah Maya, dapat ditulis dengan arah manapun dan menggunakan
petunjuk grafis untuk memperlihatkan pada pembaca arah dari membaca.
Untuk merepresentasikan suara dari bahasa-bahasa di dunia dalam
penulisan, linguis telah mengembangkan International Phonetic Alphabet,
dirancang untuk merepresentasikan semua suara yang berbeda yang telah diketahui
untuk membantu pemaknaan dalam bahasa manusia.
Keberagaman Linguistik
"Bahasa hidup"
sederhananya adalah bahasa yang secara luas digunakan sebagai bentuk komunikasi
utama oleh kelompok tertentu dari masyarakat. Jumlah pasti dari bahasa hidup
beragam dari 6.000 sampai 7.000, bergantung kepada presisi dari definisi
seseorang tentang "bahasa", dan terutama, tentang bagaimana seseorang
membedakan antara bahasa dan dialek. Pada tahun 2009, SIL ethnologue
mengkatalogkan 6909 bahasa hidup manusia.Ethnologue mendirikan grup
linguistik untuk mempelajari kejelasan mutual, dan makanya terkadang
mengikutkan lebih banyak kategori-kategori daripada klasifikasi konservatif.
Sebagai contohnya, Bahasa Denmark yang banyak ahli menganggap sebagai bahasa tunggal
dengan beberapa dialek, dikelompokkan sebagai dua bahasa berbeda (Danish dan
Jutish) oleh Ethnologue.
Ethnologue terkadang juga
dikritik karena menggunakan data kumulatif yang dikumpulkan selama beberapa
dekade, yang berarti bahwa jumlah pasti dari penutur seringkali kedaluwarsa,
dan beberapa bahasa diklasifikasikan sebagai hidup mungkin telah menjadi punah.
Menurut Ethnologue, 389 (atau hampir 6%) bahasa memiliki lebih dari sejuta
penutur. Bahasa-bahasa tersebut bersama mencatat sekitar 94% dari populasi
dunia, sebaliknya 94% dari bahasa dunia digunakan oleh 6% dari populasi golbal.
Di sebelah kanan adalah tabel dari 10 bahasa paling banyak dituturkan didunia
dengan populasi diestimasi dari Ethnologue (perhitungan tahun 2009).
Bahasa dan Dialek
Tidak ada perbedaan jelas
antara sebuah bahasa dan sebuah dialek, meskpun sebuah aforisme terkenal
diatribusikan pada linguis Max Weinreich bahwa "sebuah bahasa adalah
sebuah dialek dengan angkatan darat dan angkatan laut". Contohnya,
perbatasan negara seringkali menimpa perbedaan linguistik dalam menentukan
apakah dua ragam linguistik adalah bahasa atau dialek. Bahasa Kanton dan Bahasa
Mandarin, sebagai contohnya, sering dikelompokkan sebagai "dialek"
dari Cina, walaupun mereka lebih berbeda satu sama lain daripada Bahasa Swedia
adalah dari Bahasa Norwegia. Sebelum perang sipil Yugoslavia, Bahasa
Serbia-Kroasia dianggap sebuah bahasa tunggal dengan dua dialek, tapi sekarang
Bahasa Kroasia dan Bahasa Serbia dianggap bahasa berbeda, dan menggunakan
sistem tulis yang berbeda. Dengan kata lain, perbedaannya bisa saja tergantung
pada pertimbangan politik seperti halnya pada perbedaan kultural, perbedaan
sistem tulis, atau tingkat dari Kejelasan mutual.
Rumpun Bahasa di
Dunia
Picture 3. Rumpun Bahasa di Dunia |
Bahasa-bahasa di dunia dapat
dikelompokan menjadi rumpun bahasa mencakup bahasa-bahasa yang dapat diperlihat
memiliki leluhur yang sama. Linguis saat ini mengenali ratusan rumpun bahasa,
walau beberapa dari mereka dapat dikelompokan menjadi unit lebih besar bila
lebih banyak bukti di dapat dan dipelajari lebih dalam. Saat sekarang ada
lusinan bahasa terisolasi: bahasa yang tidak dapat diperlihatkan berelasi
dengan bahasa lain di dunia. Di antaranya adlah Basque, dituturkan di Eropa,
Zuni di New Mexico, P'urhépecha di Mexico, Ainu di Jepang, Burushaski di
Pakistan dan banyak lainnya.
Rumpun bahasa di dunia yang
memiliki jumlah penutur paling banyak adalah Bahasa Indo-Eropa, dituturkan oleh
46% dari populasi dunia. Rumpun ini mengikutkan bahasa utama dunia seperti
Inggris, Bahasa Spanyol, Bahasa Rusia, dan Hindustani (Hindi / Urdu). Rumpun
bahasa Indo-Eropa mencapai pemerataan pertama selama Periode Migrasi Eurasia
(400-800 M), dan diteruskan lewat ekspansi kolonial Eropa, yang membawa bahasa
Indo-Eropa ke posisi dominan secara politik dan terkadang jumlah di Amerika dan
sebagian Afrika. Bahasa Sino-Tibetan dituturkan oleh 21% populasi dunia dan
mengikutkan banyak bahasa dari Asia Timur, termasuk Cina Mandarin, Bahasa
Kanton, dan ratusan bahasa-bahasa kecil.
Afrika adalah rumah bagi
sejumlah besar rumpun bahasa, yang terbesar yaitu rumpun bahasa Niger-Kongo,
yang mengikutkan bahasa seperti Bahasa Swahili, Bahasa Shona, dan Bahasa
Yoruba. Penutur dari bahasa Niger-Kongo terhitung 6,4% dari populasi dunia.
Jumlah orang yang sama juga menuturkan Bahasa Afroasiatik, yang mengikutkan
Bahasa Semitik seperti Bahasa Arab, Bahasa Hebrew, dan bahasa-bahasa di wilayah
Sahara, seperti Bahasa Berber dan Bahasa Hausa.
Bahasa Austronesian
dituturkan oleh 5,9% populasi dunia dan membentang dari Madagaskar sampai Asia
Tenggara Laut mencapai Oseania. Ia mengikutkan beberapa bahasa seperti Bahasa
Malagsy, Bahasa Maori, Bahasa Samoan, dan banyak bahasa pribumi di Indonesia
dan Taiwan. Bahasa Austronesian dianggap berasal dari Taiwan sekitar 3000 SM.
dan tersebar lewat wilayah Oseanik lewat perpindahan-pulau, berdasarkan pada
kemajuan teknologi kelautan. Rumpun bahasa padat lainnya adalah Bahasa
Dravidian dari Asia Selatan (di antaranya Bahasa Tamil dan Bahasa Telugu),
Bahasa Turkic dari Asia Tengah (seperti Bahasa Turki), Austroasiatic (di
antaranya Khmer), dan Bahasa Tai-Kadai dari Asia Tenggara (termasuk Bahasa
Thai).
Area di dunia yang memiliki
keberagaman linguistik tertinggi, seperti Amerika, Papua New Guinea, Afrika
Barat, dan Asia-Selatan, memiliki ratusan rumpun bahasa kecil. Di Amerika,
beberapa rumpun bahasa besar termasuk Bahasa Quechumaran, Bahasa Arawak, dan
rumpun Bahasa Tupi-Guarani dari Amerika Selatan, Bahasa Uto-Aztecan, Bahasa
Oto-Manguean, dan Bahasa Mayan dari Mesoamerica, dan Bahasa Na-Dene dan Bahasa
Algonquian rumpun bahasa dari Amerika Utara. Di Australia, kebanyakan bahasa
pribumi termasuk pada rumpun Bahasa Pama-Nyungan, walaupun Papua-New Guinea
adalah rumah bagi sejumlah besar rumpun bahasa kecil dan terisolasi,
sebagaimana juga sejumlah bahasa Austronesian.
Kepunahan Bahasa
Bersama, delapan negara
dengan warna merah terdiri dari 50% dari bahasa dunia. Area warna biru adalah
yang paling beragam secara linguistik di dunia, dan lokasi dari bahasa paling
terancam punah di dunia.
Hampir punahnya bahasa
terjadi bila sebuah bahasa berada pada resiko tidak digunakan lagi bila
penuturnya meninggal atau bergeser menggunakan bahasa lain. Bahasa hilang
terjadi saat bahasa tersebut tidak memiliki penutur asli, dan menjadi sebuah
bahasa mati. Jika kemudian tidak ada lagi yang menuturkan bahasa tersebut, ia
menjadi bahasa punah. Walau bahasa selalu menjadi punah selama sejarah manusia,
sekarang mereka menghilang dengan laju semakin cepat dikarenakan proses-proses
dari globalisasi dan neo-kolonialisme, di mana bahasa dengan kekuatan ekonomi mendominasi
bahasa lainnya.
Semakin bahasa yang secara
umum dituturkan mendominasi bahasa yang jarang dituturkan dan maka, bahasa yang
jarang dituturkan nantinya akan menghilang dari populasi. Jumlah total dari
bahasa di dunia tidak diketahui. Estimasinya beragam bergantung kepada banyak
faktor. Konsensusnya adalah sekitar 6.000 dan 7.000 bahasa yang sekarang
dituturkan, dan antara 50-90% dari mereka akan menjadi punah pada tahun 2100. 20 Bahasa teratas dituturkan oleh lebih dari 50 juta penutur masing-masingnya,
dituturkan oleh 50% populasi dunia, walaupun banyak dari bahasa-bahasa lain
yang dituturkan oleh komunitas yang lebih kecil, kebanyakan mereka kurang dari
10.000 penutur.
United Nations Educational,
Scientific and Cultural Organization bergerak dengan lima tingkat dari bahasa
yang terancam punah: "aman", "rentan" (tidak dituturkan
oleh anak di luar rumah), "pasti punah" (tidak dituturkan oleh anak),
"punah parah" (hanya dituturkan oleh generasi tua), dan "langka
kritis" (dituturkan oleh beberapa anggota dari generasi tua, terkadang
semi-tutur). Meskipun klaim bahwa dunia akan lebih baik bila semuanya
menggunakan sebuah bahasa utama lingua franca, seperti bahasa Inggris atau
Esperanto, ada suatu konsensus bahwa hilangnya bahasa melukai keberagaman
kultural dari dunia. Adalah kepercayaan umum, merujuk kembali pada narasi
alkitab dari Menara babel bahwa keberagaman bahasa menyebabkan konflik politik, tapi kepercayaan ini kontradiksi dengan fakta bahwa banyak episode-episode
kekerasan utama dunia terjadi di situasi dengan keberagaman linguistik yang
rendah seperti Yugoslavia dan Perang Sipil Amerika, atau genosida oleh Jerman
Nazi dan Rwanda, meskipun kebanyakan unit-unit politik yang stabil telah sangat
multilingual.
Banyak proyek-proyek sedang
berjalan bertujuan untuk membantu mencegah atau memperlambat kehilangan
tersebut dengan merevitalisasi bahasa yang terancam penuh dan mempromosikan
edukasi dan literasi terhadap bahasa-bahasa minoritas. Di seluruh dunia banyak
negara telah memberlakukan perundang-undangan tertentu yang ditujukan untuk
melindungi dan menstabilkan bahasa pribumi dari komunitas bahasa. Minoritas
linguis telah berargumen bahwa kehilangan bahasa adalah proses alami yang
seharusnya tidak dinetralisir, dan dengan mendokumentasikan bahasa yang
terancam punah demi keturunan sudah cukup.
Diunduh pada tanggal 9 Maret 2014 dari :
http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa
HAI PRA..................
BalasHapusInformasi yang diposkan lengkap dan menambah pengetahuan saya mengenai Bahasa ini... bahasa kalu gak ditulis beb? gakdeng canda :P
bagus deh Sumbernya juga tidak lupa ditulis disini.
Nilai : 90